Oleh: Nasih Widya Yuwono
Makalah disampaikan pada ” Pelatihan
Pengembangan Sekolah Hijau untuk guru-guru SMK RSBI se-DIY”, LPPM UGM
bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Provinsi DIY,
Yogyakarta: 25-28 Oktober 2010.
Pengertian Sampah
Sampah adalah sisa suatu usaha atau
kegiatan [manusia] yang berwujud padat [baik berupa zat organik maupun
anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai] dan dianggap
sudah tidak berguna lagi [sehingga dibuang ke lingkungan]. Alam tidak
mengenal sampah, yang ada hanyalah daur materi dan energi. Hanya manusia
yang menyampah [mengakibatkan munculnya sampah].
Segala macam organisme yang ada di alam
ini selalu menghasilkan bahan buangan, karena tidak ada proses konversi
yang memiliki efisiensi 100%. Sebagian besar bahan buangan yang
dihasilkan oleh organisme yang ada di alam ini bersifat organik
[memiliki ikatan CHO, bagian tubuh makhluk hidup]. Sampah yang berasal
dari aktivitas manusia yang dapat bersifat organik maupun anorganik.
Contoh sampah organik adalah: sisa-sisa bahan makanan, kertas, kayu dan
bambu. Sedangkan sampah anorganik [hasil dari proses pabrik] misalnya:
plastik, logam, gelas, dan karet.
Ditinjau dari kepentingan kelestarian
lingkungan, sampah yang bersifat organik tidak begitu bermasalah karena
dengan mudah dapat dirombak oleh mikrobia menjadi bahan yang mudah
menyatu kembali dengan alam. Sebaliknya sampah anorganik sukar terombak
dan menjadi bahan pencemar.
Pencemaran lingkungan umumnya berasal
dari sampah yang melonggok pada suatu tempat penampungan atau
pembuangan. Perombakan sampah organik dalam suasana anaerob [miskin
oksigen] akan menimbulkan bau tak sedap. Makin tinggi kandungan protein
dalam sampah, makin tak sedap bau yang ditimbulkan. Dampak lain karena
timbunan sampah dalam jumlah besar adalah lingkungan yang kotor dan
pemandangan yang kumuh.
Timbunan sampah menjadi sarang bagi
vektor dan penyakit. Tikus, lalat, nyamuk akan berkembang biak dengan
pesat. Ruang yang ada dicelah-celah sampah dapat berupa ban, kaleng
bekas, kardus, dan lain-lain merupakan hunian yang ideal bagi tikus.
Lalat pada umumnya berkembangbiak pada sampah organik, terutama pada
sampah yang banyak mengandung protein, seperti sisa makanan. Suasana
yang lembab dan hangat sangat cocok untuk habitat nyamuk. Sampah organik
menyediakan sumber makanan yang melimpah bagi mereka.
Karakteristik sampah di Sekolah
Sekolah sebagai tempat
berkumpulnya banyak orang dapat menjadi penghasil sampah terbesar selain
pasar, rumah tangga, industri dan perkantoran. Secara umum sampah dapat
dipisahkan menjadi :
- Sampah organik/mudah busuk berasal dari: sisa makanan, sisa sayuran dan kulit buah-buahan, sisa ikan dan daging, sampah kebun (rumput, daun dan ranting).
- Sampah anorganik/tidak mudah busuk berupa : kertas, kayu, kain, kaca, logam, plastik , karet dan tanah.
Sampah yang dihasilkan
sekolah kebanyakan adalah jenis sampah kering dan hanya sedikit sampah
basah. Sampah kering yang dihasilkan kebanyakan berupa kertas, plastik
dan sedikit logam. Sedangkan sampah basah berasal dari guguran daun
pohon, sisa makanan dan daun pisang pembungkus makanan.
Pengelolaan sampah
- Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok sampah organik dan non organik dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda.
- Pengolahan dengan menerapkan konsep 3R yaitu:
- Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu yang masih memungkinkan untuk dipakai [penggunaan kembali botol-botol bekas].
- Reduce (pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.
- Recycle (daur ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah menjadi barang yang lebih berguna [daur ulang sampah organik menjadi kompos].
- Untuk sampah yang tidak dapat ditangani dalam lingkup sekolah, dikumpulkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang telah disediakan untuk selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Akhir(TPA).
Sampah yang dibuang ke TPS ditempatkan
berdasarkan pemilahan sampah yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan
karena sampah organik cepat membusuk sementara sampah non organik
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membusuk sehingga memerlukan
perlakuan khusus. Untuk TPS yang sengaja disediakan oleh pihak sekolah
sebaiknya TPS tersebut berupa lubang yang dilengkapi dengan sistem
penutup sehingga tikus, serangga, dan hewan-hewan tertentu tidak masuk
ke dalamnya dan juga untuk menghindari bau dari sampah yang bisa
mengganggu.
Untuk memudahkan jangkauan biasanya juga
disediakan bak-bak sampah kecil yang ditempatkan di tempat-tempat yang
mudah dijangkau sebagai tempat penampungan sampah sementara sebelum
dibuang ke TPS. Penampungan sampah dalam bak sampah ini juga sebaiknya
dipisahkan menjadi tempat sampah organik dan anorganik dan kalau sudah
penuh harus segera dibuang ke TPS atau langsung diambil oleh petugas
kebersihan untuk dibuang ke TPA.
Perancangan Pengelolaan Sampah di Sekolah
Di lingkungan sekolah, pengelolaan
sampah membutuhkan yang perhatian serius. Dengan komposisi sebagian
besar penghuninya adalah anak-anak [warga belajar] tidak menutup
kemungkinan pengelolaannya pun belum optimal. Namun juga bisa dipakai
sebagai media pembelajaran bagi siswa-siswinya. Salah satu parameter
sekolah yang baik adalah berwawasan lingkungan.
Sampah basah bisa diolah menjadi kompos.
Prosesnya mudah dan sederhana. Anak usia sekolah SD hingga SLTA bisa
mengerjakan sendiri. Pembuatan kompos dengan sampah basah di sekolah
bisa menjadi media pembelajaran untuk anak didik. Setidaknya anak akan
belajar tentang Ilmu Pengetahuan Alam. Anak juga akan belajar menghargai
lingkungan. Mereka akan belajar bagaimana sampah itu bisa bermanfaat
bagi manusia bukan hanya sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikkan.
Kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk memupuk tanaman yang ada
atau sebagi bahan campuran media tanam dalam pot.
Kertas bekas yang dihasilkan banyak
sekali yang berjenis HVS. Jenis kertas ini di kalangan pemulung memiliki
harga yang paling tinggi. Belum lagi kertas karton, kertas pembungkus
makanan dan kertas jenis lainnya. Khusus untuk sampah kertas, bisa
dilakukan dua hal untuk pengelolaannya.
- Yang pertama adalah daur ulang sebagai pengelolaan sendiri. Sampah kertas bisa didaur ulang dengan cukup mudah. Kertas bekas dipotong kecil-kecil dan direndam ke dalam air. Proses berikutnya adalah diblender hingga berubah menjadi bubur kertas. Dari sinilah kreativitas anak diperlukan. Bubur kertas bisa dijadikan bahan kertas daur ulang atau bisa dijadikan bahan dasar kreativitas lain, misalnya topeng kertas atau bentuk pigora.
- Bentuk pengelolaan kedua adalah sistem pemilahan untuk dijual. Kertas berjenis HVS dipisah dari jenis lain misalnya koran, karton dan kerdus. Kertas bekas yang sudah dipilah tadi dijual ke pemulung. Pemulung secara berkala akan datang ke sekolah untuk mengambil kertas tersebut.
Jenis sampah lain yang juga lumayan
banyak di sekolah adalah plastik. Sampah ini sebagian besar terdiri dari
bungkus plastik dan botol minuman mineral. Untuk jenis terakhir inilah
yang sekarang banyak dicari orang. Botol minuman bekas yang berbahan
plastik PET bisa didaur ulang menjadi biji plastik. Demikian juga halnya
dengan kaleng minuman bekas yang berbahan logam. Sampah jenis ini juga
sebaiknya dipilah, dikumpulkan untuk kemudian dijual. Anak-anak juga
dapat berkreasi merangkainya menjadi barang kerajinan atau hiasan
dinding.
Dengan sistem pemilahan ini diharapkan
anak didik dapat belajar betapa sampah yang semula kotor dan menjijikkan
ternyata memiliki nilai jual. Mata pelajaran ekonomi dapat dipelajari
dari seonggok sampah di sekolah. Anak didik akan menyadari bahwa peluang
kerja ada di sekitarnya, bukan hanya dicari tapi dapat juga diciptakan.
Dalam perancangan pengelolaan sampah di
sekolah, para siswa perlu dilibatkan secara aktif. Hal ini dapat
dilakukan dengan pembentukan regu-regu yang bertugas secara terjadwal.
Kegiatan pameran dan kompetisi berkala dapat dilakukan untuk
meningkatkan kepedulian terhadap pengelolaan sampah. Menulis di blog
atau majalah dinding merupakan latihan yang bagus untuk menumbuhkan
jiwa-jiwa mengelola sampah. Sehingga muncul kesadaran baru bahwa,
“Sampah bukan masalah, tetapi peluang”.
from : http://nasih.wordpress.com/2011/05/15/pengelolaan-sampah-yang-ramah-lingkungan-di-sekolah-2/
No comments:
Post a Comment