Monday, May 21, 2012

Air Mata(ku) Menetes … Semoga Menjadi Inspirasi “Kebangkitan” Generasi Baru …

Brakk … suara pintu kelas 6b terdengar. Ada apa ini..?? nih anak kelas enam ada-ada aja kelakuannya … generasi “galau”?@#^?. Sesaat ku dengar mereka berkata : ” Ah … malas masuk sekolah, puuusssiiing try out lagi try out lagi … lebih baik sakit aja deh dari pada masuk sekolah!!”. 
Oh … My God … anak-anak sudah memasuki tahap jenuh dalam belajar. Wah gawat nih para siswa “galau” … para orang tua “galau” dengan hasil try out anaknya. Para guru “galau” dengan target kelulusan yang tinggi dari sekolah. Maka lengkaplah sudah generasi “galau” Indonesia terbentuk, he he … termasuk yang nulis juga neh.
UN berlangsung, ku menghimbau para guru untuk shalat malam dan berdo’a untuk kesuksesan para siswa. “Semoga UN nya lancar dan bisa menjawab dengan baik nak…, Semoga hatimu dibukakan oleh Allah dan bisa menjawab nak …” begitu lah kira-kira para guru mendo’akan para siswanya. Kulihat mata-mata siswa ku bercahaya laksana kunang-kunang di malam hari, penuh dengan semangat … penuh dengan harapan, hangat dan menginspirasiku untuk selalu tersenyum dan bersabar mendidik.
Maaf(kan) gurumu nak… bila hari-hari belajar yang menyenangkan berubah menjadi try out dan try out … lagi, lagi dan lagi … Hidup adalah perjuangan nak … “siapa yang bersungguh-sungguh dia akan mendapat”. UN telah berlalu, ku tugaskan guru terbaikku Pak Dedi untuk mengajak anak-anak “Refreshing” main futsal dan “wisata kuliner” dengan naik sepeda. Mata-mata yang penuh “harapan”, mata-mata yang penuh “semangat” membuat pekerjaan yang “numpuk” terasa “ringan”.
Ku coba menikmati detik-detik kebersamaanku dengan siswa kelas enam. Terbayang ketika mereka masih kelas satu, oh my god … masih ada yang pipis dicelana bahkan BAB di celana. Ingus yang menetes … gak kuat menahan tawa. Nak … di sekolah ini sekolah kita … banyak kenangan indah terukir … ada tawa … tangis, suka cita. Nak … Berjuta-juta do’a terucap dari para gurumu untuk bekalmu nanti. Kejar cita-citamu setinggi bintang diangkasa. “Bermimpilah dan bersungguh-sungguhlah maka Tuhanmu akan memeluk mimpimu”. Rubahlah dunia ini nak… dengan senyummu, rubahlah dunia ini dengan semangatmu. Gurumu akan tersenyum disini … 
Be Your Self 
Stay Cool and lovely … 
and keep Istiqomah …

Tuesday, May 8, 2012

Agar Si Kecil Tak Jadi Anak Pemarah ...

KOMPAS.com - Setiap orangtua pasti ingin mendidik anak sebaik-baiknya, namun seringkali aturan yang mereka terapkan membuat anak-anak merasa terkekang dan menyalahartikan aturan tersebut. Tak jarang hal ini membuat anak-anak menjadi mudah marah, dan berakhir menjadi anak pemarah. Agar sikap pemarah ini tak berkelanjutan sampai dewasa, sebaiknya orangtua membantu anak agar terbebas dari rasa marah yang berlebihan. 
Simak tiga cara yang bisa Anda lakukan agar anak tak menjadi seorang pemarah. 
1. Terbuka pada rasa marah Sejak masih balita, anak-anak sering dibujuk untuk menyangkal perasaan marah. Ungkapan seperti "Jangan marah" memberikan pesan pada balita bahwa kemarahan adalah hal yang buruk dan salah. Padahal sebenarnya marah tidaklah selalu buruk. Mengekang rasa marah akan membuat mereka melakukan tindakan yang tidak baik dan justru memberontak ketika dewasa. Dibanding melarang anak untuk mengekspresikan kemarahannya, lebih baik jika Anda menunjukkan rasa empati ketika menghadapi kemarahan anak. Sampaikan bahwa marah sebenarnya tidak masalah, yang penting bagaimana mengontrol emosi dengan lebih efektif. 
2. Ekspresikan dengan kata-kata dan tulisan Kecerdasan emosional yang tepat, dan kontrol diri, bisa diungkapkan dengan cara menempatkan perasaan dalam kata-kata. Anda bisa membantu anak untuk mengatasi rasa marah dengan konsisten mendorong mereka untuk berbagi apa yang membuat mereka marah. Mungkin saja dengan membuat daftar paling umum yang bisa memicu amarahnya. Tuangkan melalui kata-kata dalam daftar tersebut, apa saja yang bisa membuat mereka marah. Kemudian bandingkan antara daftar Anda dan daftar anak, untuk mendapatkan pemahaman bersama tentang cara mengendalikan rasa marah. 
3. Siap menerima kemarahan Kunci terakhir untuk membantu anak agar menerima dan mengelola kemarahan dengan baik adalah dengan bersedia menerima kemarahan anak. Sebagai orangtua, pasti sulit untuk berada dalam posisi ini, terutama ketika Anda merasa benar. Meskipun demikian, ketika Anda bersedia menerima kemarahan anak, hal ini akan mengirim pesan yang kuat bahwa keluhan mereka didengarkan, dan perasaan mereka diperhatikan oleh orangtuanya. Setelah kemarahan anak reda, Anda bisa menasihati anak dengan lembut, sehingga anak mau mendengarkan saran orangtua, dan menyesali sendiri kesalahannya. Ini jauh lebih baik dibanding ketika Anda berdebat dan balik memarahi anak ketika mereka sedang emosional. 
Cara ini akan mengirimkan sinyal negatif kepada anak bahwa orangtua mereka tidak mengerti perasaan mereka, atau bahkan merasa tidak dicintai. 
Sumber: GALTime 
From : http://female.kompas.com/read/2012/01/25/11184080/Agar.Si.Kecil.Tak.Jadi.Anak.Pemarah

Mengatasi Anak Berbohong ...#$*??%

SIAPA pun itu, pasti pernah berbohong tanpa pandang usia. Malah, si kecil pun bisa melakukannya. Lantas, bagaimana mengatasi kebiasaan buruk tersebut? Yadi (10) terpaksa menjawab akan bermain di rumah Toni (10), ketika ibunya bertanya dia akan ke mana. Padahal, sebenarnya Yadi tidak bermain ke rumah tetangganya itu, malah berencana berenang di kolam renang kompleks mereka tinggal. 
Berenang di tempat itu, sama sekali dilarang ibunya, kecuali bersama ibu ataupun ayahnya. Mengaku ingin bermain bersama Toni bukan alasan satu-satunya yang diberikan Yadi kepada ibunya. Dia juga sering mengatakan ingin belajar bersama di rumah teman-teman lainnya. Padahal, semua alasan yang diberikannya itu tidak satu pun yang benar. Sebab, ujung-ujungnya adalah pergi ke kolam renang. 
Berbohong agar keinginannya tercapai sering sekali dilakukan Yadi. Bukan hanya Yadi, banyak bocah lain juga berbohong kepada orangtuanya agar permintaan mereka terkabul. Dengan kata lain, setiap orang pernah berbohong. Bahkan di Amerika Serikat, pernah diadakan penelitian yang hasilnya mengungkapkan bahwa semua orang berbohong sebanyak tiga belas kali seminggu. 
Hal menarik dari hasil penelitian itu adalah bahwa anak belajar dusta secara alamiah. Oleh karena itu, anak-anak sudah dapat berbohong, dan itu tidak didasarkan atas peniruan pada orang dewasa, ataupun dari hasil belajar. Namun, hal itu timbul dengan sendirinya. Anak berbohong untuk menghindari gangguan atau aturan yang mengikat dirinya. Seperti yang dilakukan Yadi kepada orangtuanya. 
Lalu, apa yang membuat kebohongan Yadi muncul? Ternyata alasannya sangat sederhana. Itu karena dia tidak ingin diganggu aktivitasnya, yaitu bermain. Dengan berbohong seperti itu, ibu mendapat jawaban yang melegakan, dan tidak akan mengusik kegiatan berenangnya yang mengasyikkan. Masalah yang dibohongkan anak bermacam ragam,dan itu seakan- akan benar, tidak kelihatan mengelabui. Akibatnya, orangtua sering terkena kebohongan anak. Oleh sebab itu, kebohongan pada buah hati harus diwaspadai, karena dapat merugikan diri anak sendiri juga orang lain. 
Para psikolog sepakat, seorang anak mulai berbohong sejak berusia tiga tahun. Sekitar 90 persen di antara anak yang diteliti Ekman ternyata sudah pintar berbohong, sedangkan yang 10 persen dalam proses belajar berbohong, atau masih mengalami masalah karena belum berani berbohong. Pada anak-anak, menurut Arnold Goldberg, seorang psikolog dari Rush Medical College, Chicago, berbohong merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan kemampuan dalam upaya mengidentifikasi kenyataan sekitarnya. Sementara itu, Paul Ekman dalam bukunya yang berjudul Why Kids Lie, menyatakan keberanian akan berbohong merupakan pertanda munculnya keberanian menafsirkan kenyataan yang ada di sekitarnya, yang pada gilirannya merupakan awal kemandirian. 
Keberanian yang dilakukan Yadi dengan membohongi ibunya menunjukkan kebenaran pendapat kedua psikolog itu. Yadi yang berbohong kepada ibunya itu ingin mandiri, ingin mengurus setiap tugasnya, serta kegiatan bermainnya, tanpa bantuan atau pengaruh ibunya. Hal ini menunjukkan pula, Yadi dapat mengidentifikasikan tanggung jawabnya. Pendapat psikiater berbeda dengan pendapat para psikolog. Menurut psikiater Bryan King dari UCLA School of Medicine yang pernah meneliti kebohongan akibat kelainan patologis, menyatakan bahwa berbohong merupakan perilaku yang melebihi batas-batas kejahatan, tetapi pelakunya tidak harus berbuat dan tidak berbakat bertindak kriminal. Tidak sampai di situ saja, King menemukan kelainan neurologis pada otak anak yang suka berbohong. Pada bagian gudang memori terjadi gangguan yang mengakibatkan hilangnya sejumlah data. 
Pada bagian lain, anak akan mengalami kelemahan pada pusat berpikir kritisnya, yang berfungsi untuk mengevaluasi setiap informasi yang masuk ke otak. Kerusakan neurologis ini akan mengakibatkan hilangnya sensitivitas pada akurasi yang membuat seseorang (pembohong) tidak lagi tahu mana yang bohong dan mana yang tidak bohong (benar). Akhirnya, King berkesimpulan bahwa kebohongan merupakan pasangan tetap beberapa kelainan jiwa. Semua kebohongan dikategorikan sebagai kebohongan yang destruktif, merusak. Artinya, kebohongan itu akhirnya akan menyulitkan sang pembohong sendiri atau menyusahkan orang lain. Menghadapi dua pendapat yang berbeda itu, meskipun berasal dari para ahli jiwa, orangtua hendaknya waspada pada kebohongan anak. Pada satu sisi, menurut psikiater, kebohongan sangat berbahaya karena mengganggu otak. 
Melihat kenyataan seperti ini, orangtua harus hati-hati dan bijaksana. Sebab, jika anak berhasil berbohong akan merasakan enak dan begitu mudahnya menghadapi masalah yang memojokkan sekalipun. Akibatnya, anak akan berusaha terus berbuat itu jika menghadapi konflik. Akibat selanjutnya,anak akan meremehkan orang lain. Menghadapi anak yang gemar berbohong, Anda sebagai orangtua harus berani menelusuri pernyataan (bohong) itu,yaitu dengan memeriksa atau bertanya kepada teman-temannya, kegiatan apa yang mereka lakukan ketika bersama-sama. Dengan cara ini, dia tidak akan banyak berbohong lagi, bahkan sikapnya akan memperlihatkan pernyataannya tadi adalah bohong. 
"Pemantauan dan penelusuran pada kebohongan anak perlu dilakukan sedini mungkin, karena pada masa remaja, kebohongan pada masa kanak-kanak mulai mencari bentuknya, sehingga kebohongan masa kanak-kanak akan berkembang terus sampai dewasa," kata psikolog anak alumni Universitas Indonesia (UI), Dr Widjanarko Hidayat. Lebih lanjut ditambahkan Widjanarko, meskipun kebohongan itu untuk berbasa-basi, pada masa dewasa,kebohongan ini juga akan terbentuk kebohongan yang jahat. 
Seperti yang dikatakan Dr Michael Lewis, psikolog dari Rutgers Medical School, berbohong pada usia remaja, ketika dewasa, sudah mulai berfungsi untuk kejahatan, seperti untuk menghindari hukuman dan berupaya membenarkan setiap tindakan yang salah. Orangtua harus bertindak agar kebiasaan anak dalam berbohong bisa berhenti, yakni dengan membongkar bahwa alasan yang diberikan tidak benar. Jika sudah sangat sering dibohongi, orangtua berhak menghukum anak yang telah berbohong tersebut, untuk mendapatkan efek jera. (nsa) 
From : http://lifestyle.okezone.com/read/2009/08/06/196/245553/search.html

Tips Memilih Sekolah yang Baik

Memilih sekolah untuk anak kadangkala menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Banyak sekolah yang tersebar di kota tempat kita tinggal, tetapi dengan banyaknya pilihan ternyata tidak membuat para orangtua lantas dengan mudahnya memilih sekolah untuk anaknya. Setiap orangtua mempunyai kriteria sendiri dalam menentukan sekolah mana yang tepat bagi anak-anak mereka. Seringkali kriteria sekolah yang ideal menurut orangtua sulit ditemukan dengan kenyataan yang ada. Berikut ini adalah panduan tips memilih sekolah yang tepat untuk anak: 
1. LOKASI Tips memilih sekolah yang tepat untuk anak yang utama adalah mempertimbangkan lokasi sekolah. Lokasi sekolah yang terlalu jauh dari tempat tinggal membuat anak mengeluarkan energi ekstra untuk berangkat dan pulang sekolah, ini akan melelahkan untuk anak. Kelelahan juga akan berpengaruh pada konsentrasi belajar mereka. Selain itu, jauh dekatnya lokasi juga menentukan berapa banyak biaya yang akan Anda keluarkan untuk urusan transportasi. Semakin jauh lokasinya, semakin besar pula biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan anak Anda. Akan lebih baik jika Anda memilih sekolah yang lokasinya terjangkau dari tempat tinggal Anda, terutama untuk anak-anak yang masih dibawah umur. 
2. BIAYA Mempertemukan antara kebutuhan dan kemampuan adalah hal yang seringkali sulit untuk dilakukan. Mungkin sebagai orangtua, Anda ingin anak-anak mendapatkan pendidikan dari sekolah yang fasilitasnya baik, namun di balik semua itu ada konsekuensi yang harus dibayar yaitu biaya yang mahal. Sejak awal, ada baiknya Anda sudah menentukan berapa anggaran yang akan Anda sediakan dan keluarkan untuk pendidikan anak-anak. Lalu tanyakan pada sekolah yang Anda datangi berapa biaya untuk uang pangkal, SPP, dan biaya-biaya lainnya yang harus Anda tanggung setiap bulannya. Hitunglah keseluruhannya dan periksa apakah sesuai dengan pemasukan dan anggaran Anda. Lihat pula fasilitas yang mereka sediakan. Apakah fasilitas tersebut sesuai dengan besarnya biaya yang Anda keluarkan. Biasanya besar biaya sebanding dengan fasilitas yang mereka tawarkan. Namun tentu saja Anda harus jeli membandingkannya dengan beberapa sekolah lain. Oleh karena itu, lakukan survei ke beberapa tempat sebelum memutuskan. 
3. KURIKULUM & METODE PENGAJARAN Masing-masing sekolah memiliki kurikulum dan metode pangajaran yang berbeda. Ada sekolah yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar, ada yang sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris, ada pula yang bilingual. Ada yang menggunakan kurikulum nasional dari DIKNAS, ada pula yang menggabungkannya dengan keagamaan. Ada sekolah yang menuntut para siswa untuk duduk di dalam kelas, ada pula yang sebagian besar porsi kegiatannya dilakukan di alam bebas. Misi dan visi tiap sekolah juga berbeda-beda. Pilihlah sekolah yang menurut Anda cocok dengan kepribadian anak. Jika anak Anda aktif dan tidak betah duduk diam di dalam kelas, mungkin akan lebih tepat jika ia bersekolah di sekolah alam. Pemilihan sekolah ini juga dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan Anda. Misalnya Anda ingin anak lebih berani mengungkapkan pendapat, maka Anda dapat memilih sekolah yang lebih banyak menekankan kegiatan diskusinya antara guru dan siswa. 
4. RASA AMAN & NYAMAN Tips memilh sekolah yang terakhir namun juga penting adalah memilih sekolah yang aman dan nyaman bagi anak Anda. Tunjukkan beberapa sekolah yang menjadi pilihan Anda beserta keunggulannya kepada anak Anda. Tanyakan pada anak Anda bagaimana perasaannya. Perhatilkan pula bagaimana keamanan di sekolah tersebut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bagi anak usia pra-sekolah, tidak ada salahnya membawa mereka ke acara Open House dan Trial Class yang biasanya diadakan beberapa sekolah menjelang penerimaan siswa baru. Perhatikan bagaimana para guru bersikap pada siswa-siswinya dan seballiknya, bagaimana anak Anda bersikap pada mereka. Keamanan dan kenyamanan adalah hal penting karena merekalah yang nantinya menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Anak-anak sebaiknya belajar di sekolah yang terasa seperti rumah kedua bagi mereka agar mereka tidak merasa tertekan dan belajar dengan terpaksa. 
sumber : http://www.klikunic.com/2012/03/tips-memilih-sekolah-yang-tepat-untuk.html#ixzz1uFPKqq8G

Monday, May 7, 2012

Pengajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


Pengajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pandekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pengajaran masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. 
Menurut Ibrahim dan Nur (200: 2)), “Pengajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Teaching (Pembelajaran Proyek), Experienced-Based Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentik), dan Achoered Instruction (Pembelajaran berakar pada kehidupan nyata)”. Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. 
Secara garis besar pengajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan ikuiri. 

1. Ciri-cirinya Berbagai pengembangan pengajaran berbasis masalah telah mencoba menunjukkan ciri-ciri pengajaran berbasis masalah sebagai berikut. 
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan Matematika nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi itu. 
 b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (Matematika, Matematika , Ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan autentik. Pengajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari pemecahan masalah nyata. Mereka harus menganalisasi dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat iferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari. 
d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video atau program komputer (Ibrahim & Nur, 200:5-7). Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil). Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. 

2. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Pengajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadikan pembelajar yang otonom dan mandiri. Uraian rinci terhadap ketiga tujuan itu dijelaskan lebih jauh oleh Ibrahim dan Nur (2000:7-12) berikut ini. Keterampilan Berpikir dan Keterampilan Pemecahan Masalah Berbagai macam ide telah digunakan untuk menggambarkan cara seseorang berpikir. Tetapi, apakah sebenarnya yang terlibat dalam proses berpikir? Apakah keterampilan berpikir itu dan terutama apakah keterampilan berpikir itu? - Berpikir adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran. - Berpikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) objek nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk menemuan prinsip-prinsip esensial tentang objek dan kejadian itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensial tentang objek dan kejadian itu. Pernyataan simbolik (abstrak) seperti itu biasanya berbeda dengan operasi mental yang didasarkan pada tingkat konkret dari fakta dan kasus khusus. - Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama. Tentang berpikir tingkat tinggi, Resnick (1987) memberikan penjelasan sebagai berikut: - Berpikir tingkat tinggi adalah nonalgoritmik, yaitu alur tindakan yang tidak sepenuhnya dapat diterapan sebelumnya. - Berpikir tingkat tinggi cenderung kompleks. Keseluruhan alurnya tidak dapat diamati dari satu sudut pandang. - Berpikir tingkat tinggi sering kali menghasilkan banyak solusi, masing-masing dengan keuntungan dan kerugian. - Berpikir tingkat tinggi melibatkan pertimbangan dan interpretasi. - Berpikir tingkat tinggi melibatkan ketidakpastian. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas tidak selamanya diketahui. - Berpikir tingkat tinggi melibatkan banyak penerapan banya kriteria, yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. - Berpikir tingkat tinggi melibatkan banyak pengaturan diri tentang proses berpikir. Kita tidak mengakui sebagai berpikir tingkat tinggi pada seseorang jika ada orang lain membantunya pada setiap tahap. - Berpikir tingkat tinggi melibatkan pencarian makna, menemukan struktur pada keadaan yang tampaknya tidak teratur. - Berpikir tingkat tinggi adalah kerja keras. Ada pengerahan kerja mental besar-besaran saat melakukan berbagai jenis elaborasi dan pertimbangan yang dibutuhkan. Perlu dicatat bahwa Resnick menggunakan kata-kata dan ungkapan seperti pertimbangan, pengaturan diri, pencarian makna, dan ketidakpastian. Hal ini berarti bahwa proses berpikir dan keterampilan yang perlu diaktifkan sangatlah kompleks. Resnick juga menekankan pentingnya konteks atau keterkaitan pada saat berpikir tentan berpikir. Meskipun proses memiliki beberapa kesamaan antarsituasi, proses itu juga bervarisai bergantung pada apa yang dipikirkan seseorang. Sebagai contoh, proses yang kita gunakan untuk memikirkan Matematika berbeda dengan proses yang kita gunakan untuk memikirkan puisi. Proses berpikir yang digunakan untuk memikirkan ide abstrak berbeda dengan yang digunakan untuk memikirkan situasi kehidupan nyata. Karena hakikat kekomplekan dan konteks dari keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka keterampilan itu tidak dapat diajarkan menggunakan pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan yang lebih konkret. 
Keterampilan proses dan berpikir tingkat tinggi bagaimanapun juga jelas dapat diajarkan, dan kebanyakan program dan kurikulum dikembangkan untuk tujuan ini sangat mendasarkan diri pada pendekatan yang sama dengan pengajaran berbasis masalah. 
a. Pemodelan Peran Orang Dewasa Resnick juga memberikan rasional tentang bagaimana pengajaran berbasis masalah membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar tentang pentingnya peran orang dewasa. Dalam banyak hal pengajaran berbasis masalah bersesuaian dengan aktivitas mental di luar sekolah sebagaimana yang diperankan oleh orang dewasa. 
1. Pengajaran berbasis masalah memiliki unsur-unsur belajar magang. Hal tersebut mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran penting dari aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah. 
2. Pengajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena tersebut. 
b. Pembelajaran yang Otonom dan Mandiri Pengajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Dengan begitu, siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya. 

3. Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah Pengajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. 
Tahapan Tingkah Laku Guru: 
Tahap 1, Orientasi siswa kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya 
Tahap 2, Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubugnan dengan masalah tersebut 
Tahap 3, Membimbing penyelidikan individual dan kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informsi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penyelasan dan pemecahan masalahnya. 
Tahap 4, Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siwa merekncanakan dan menyiapkan karyayang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagai tugas dengan temannya. 
Tahap 5, Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan maslah Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 

4. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Tidak seperti lingkungan belajar yang terstruktur secara ketat yang dibutuhkan dalam pembelajaran langsung atau penggunaan yang hati-hati kelompok kecil dalam pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan system manajemen dalam pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh sifatnya yang terbuka, ada proses demokrasi, dan peranan siswa yang aktif. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran yang terstruktur dan dapat diprediksi dalam pengajaran berbasis masalah, norma di sekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan peranan sentral siswa, bukan guru yang ditekankan. 

From : http://www.sekolahdasar.net/2012/03/pengajaran-berbasis-masalah-problem.html

Friday, May 4, 2012

Cara Termudah Menghafal Al-Qur`an Al-Karim


Segala pujian hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya. Keistimewaan metode ini adalah seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemapanan hafalan serta dia akan cepat dalam menghafal sehingga dalam waktu yang singkat dia akan segera mengkhatamkan Al-Quran. 
Berikut kami akan paparkan metodenya beserta pencontohan dalam menghafal surah Al-Jumuah: 
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali. 
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali. 
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali. 
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali 
5. Keempat ayat di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali. 
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali. 
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali. 
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali. 
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali. 
10. Keempat ayat (ayat 5-8) di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali. 11. Bacalah ayat pertama hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya. 

Demikian seterusnya pada setiap surah hingga selesai menghafal seluruh surah dalam Al-Quran. Jangan sampai kamu menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, karena itu akan menyebabkan hafalanmu bertambah berat sehingga kamu tidak bisa menghafalnya.

JIKA AKU INGIN MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA, BAGAIMANA CARANYA? 
Jika kamu ingin menambah hafalan baru (halaman selanjutnya) pada hari berikutnya, maka sebelum kamu menambah dengan hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas, maka anda harus membaca hafalan lama (halaman sebelumnya) dari ayat pertama hingga ayat terakhir (muraja’ah) sebanyak 20 kali agar hafalan ayat-ayat sebelumnya tetap kokoh dan kuat dalam ingatanmu. Kemudian setelah mengulangi (muraja’ah) maka baru kamu bisa memulai hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas.

BAGAIMANA CARANYA AKU MENGGABUNGKAN ANTARA MENGULANG (MURAJA’AH) DENGAN MENAMBAH HAFALAN BARU? 
Jangan sekali-kali kamu menambah hafalan Al-Qur`an tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya. Hal itu karena jika kamu hanya terus-menerus melanjutkan menghafal Al-Qur’an hingga khatam tapi tanpa mengulanginya terlebih dahulu, lantas setelah khatam kamu baru mau mengulanginya dari awal, maka secara tidak disadari kamu telah banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal. Oleh karena itu metode yang paling tepat dalam menghafal adalah dengan menggabungkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Bagilah isi Al-Qur`an menjadi tiga bagian,yang mana satu bagian berisi 10 juz. Jika dalam sehari kamu telah menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga kamu menyelesaikan 10 juz. Jika kamu telah berhasil menyelesaikan 10 juz maka berhentilah menghafal selama satu bulan penuh dan isi dengan mengulang apa yang telah dihafal, dengan cara setiap hari kamu mengulangi (meraja’ah) sebanyak 8 halaman. Setelah selesai satu bulan kamu mengulangi hafalan, sekarang mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan hafalan 20 juz. Jika kamu telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulangi hafalan 20 juz, dimana setiap hari kamu harus mengulang (meraja’ah) sebanyak 8 halaman. Jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan seluruh Al-Qur’an. Jika anda telah selesai menghafal semua isi Al-Qur`an, maka ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan, dimana setiap harinya kamu mengulang setengah juz. Kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya, juga diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama setiap harinya. Kemudian pindahlah untuk mengulang 10 juz terakhir dari Al-Qur`an selama sebulan, dimana setiap harinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua. 

BAGAIMANA CARA MERAJA’AH AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH AKU MENYELESAIKAN METODE MURAJA’AH DI ATAS? 
Mulailah mengulangi Al-Qur’an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulanginya 3 kali dalam sehari. Dengan demikian maka kamu akan bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sekali setiap dua minggu. Dengan metode seperti ini maka dalam jangka satu tahun (insya Allah) kamu telah mutqin (kokoh) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun penuh. 

APA YANG AKU LAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL-QUR’AN SELAMA SATU TAHUN? Setelah menguasai hafalan dan mengulangInya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, hendaknya bacaan Al-Qur’an yang kamu baca setiap hari hingga akhir hayatmu adalah bacaan yang dilakukan oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- semasa hidup beliau. Beliau membagi isi Al-Qur`an menjadi tujuh bagian (dimana setiap harinya beliau membaca satu bagian tersebut), sehingga beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sepekan. 
Aus bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membagi Al-Qur`an untuk dibaca setiap hari?” Mereka menjawab: نُحَزِّبُهُ ثَلَاثَ سُوَرٍ وَخَمْسَ سُوَرٍ وَسَبْعَ سُوَرٍ وَتِسْعَ سُوَرٍ وَإِحْدَى عَشْرَةَ سُورَةً وَثَلَاثَ عَشْرَةَ سُورَةً وَحِزْبَ الْمُفَصَّلِ مِنْ قَافْ حَتَّى يُخْتَمَ “Kami membaginya menjadi (tujuh bagian yakni): Tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb al-mufashshal yaitu dari surat Qaf sampai akhir (mushaf).” (HR. Ahmad no. 15578). 
Maksudnya: -Hari pertama: Mereka membaca surat “al-fatihah” hingga akhir surat “an-nisa`”. -Hari kedua: Dari surat “al-maidah” hingga akhir surat “at-taubah”. -Hari ketiga: Dari surat “Yunus” hingga akhir surat “an-nahl”. -Hari keempat: Dari surat “al-isra” hingga akhir surat “al-furqan”. -Hari kelima: Dari surat “asy-syu’ara” hingga akhir surat “Yasin”. -Hari keenam: Dari surat “ash-shaffat” hingga akhir surat “al-hujurat”. -Hari ketujuh: Dari surat “qaaf” hingga akhir surat “an-nas”. 
Para ulama menyingkat bacaan Al-Qur`an Nabi -shallallahu alaihi wasallam- ini menjadi kata: ”فَمِي بِشَوْقٍ“. Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pada setiap harinya. Maka: - Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. Maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari pertama dimulai dari surah al-fatihah. - Huruf “mim” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kedua dimulai dari surah al-maidah. - Huruf “ya`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketiga dimulai dari surah Yunus. - Huruf ”ba`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keempat dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`. - Huruf “syin” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kelima dimulai dari surah asy-syu’ara`. - Huruf “waw” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keenam dimulai dari surah wash shaffat. - Huruf “qaaf” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketujuh dimulai dari surah qaf hingga akhir muashaf yaitu surah an-nas. Adapun pembagian hizib yang ada pada Al-Qur an sekarang, maka itu tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf. 

BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (AYAT YANG MIRIP) DALAM AL-QUR’AN? 
Cara terbaik untuk membedakan antara dua ayat yang kelihatannya menurut kamu hampir sama (mutasyabih), adalah dengan cara membuka mushaf dan carilah kedua ayat tersebut. Lalu carilah perbedaan antara kedua ayat tersebut, cermatilah perbedaan tersebut, kemudian buatlah tanda/catatan (di dalam hatimu) yang bisa kamu jadikan sebagai tanda untuk membedakan antara keduanya. Kemudian, ketika kamu melakukan murajaah hafalan, maka perhatikanlah perbedaan tersebut secara berulang-ulang sampai kamu mutqin dalam mengingat perbedaan antara keduanya. 

BEBERAPA KAIDAH DAN KETENTUAN DALAM MENGHAFAL AL-QUR`AN: 
1- Kamu harus menghafal melalui bantuan seorang guru yang bisa membenarkan bacaanmu jika salah. 
2- Hafalkanlah 2 halaman setiap hari: 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib. Dengan metode seperti ini (insya Allah) kamu akan bisa menghafal Al-Qur`an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun. Tetapi jika kamu memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka kemampuan menghafalmu akan melemah. 
3- Menghafallah mulai dari surat an-nas hingga surat al-baqarah karena hal itu lebih mudah. Tapi setelah kamu menghafal Al-Qur`an maka urutan meraja’ahmu dimulai dari Al-Baqarah sampai An-Nas. 
4- Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf saja (baik dalam cetakan maupun bentuknya), karena hal itu sangat membantu dalam menguatkan hafalan dan agar lebih cepat mengingat letak-letak ayatnya, ayat apa yang ada di akhir halaman ini dan ayat apa yang ada di awal halaman sebelahnya. 
5- Setiap orang yang menghafal Al-Qur’an pada 2 tahun pertama biasanya apa yang telah dia hafal masih mudah hilang, dan masa ini disebut fase at-tajmi’ (pengumpulan hafalan). Karenanya janganlah kamu bersedih karena ada sebagian hafalanmu yang kamu lupa atau kamu banyak keliru dalam hafalan. Ini adalah fase yang sulit sebagai ujian bagimu, dan ini adalah fase rentan yang bisa menjadi pintu masuknya setan untuk menghentikan kamu dari menghafal Al-Qur`an. Tolaklah was-was tersebut dari dalam hatimu dan teruslah menghafal, karena dia (menghafal Al-Qur`an) merupakan perbendaharaan harta yang tidak diberikan kepada sembarang orang. 
[Oleh: Asy-Syaikh Dr. Abdul Muhsin Muhammad Al-Qasim, imam dan khathib di Masjid Nabawi] 

FROM : http://al-atsariyyah.com/cara-termudah-menghafal-al-quran-al-karim.html

Tips Mengatasi Anak Susah Makan

   Berkaca dari pengalaman pribadi ketika anak saya susah makan di waktu umurnya 1th. Berbagai referensi buku dibaca, tanya dokter, orang tua, tetangga , teman-teman, browsing di internet cari tips praktis mengatasi anak susah makan. 
   Akhirnya juga resepnya kita yang ramu sendiri sesuai kebutuhan anak. 
1. VARIATIF Kebetulan waktu anak saya sama sekali gak mau makan nasi, sukanya mie goreng. Maka untuk menjaga keseimbangan asupan gizinya, saya siasati dengan memvariasikan jenis karbohidrat (nasi, gandum, mie, pasta, havermut, kentang, ubi, dll) tanpa mengabaikan makanan kesukaan anak. Boleh makan mie goreng tapi tidak setiap saat, kalo toh mie goreng itu juga bukan instant dan ditambah sawi, kol, wortel, buncis, ayam suwir, baso, sosis, daun bawang, tomat. Pokoknya komplit karbohidrat, protein dan vitamin. 
2. DO NOT FORCE Selain itu juga yang perlu diingat adalah ketika anak tidak mau makan, jangan dipaksa. JANGAN PERNAH DIPAKSA!! Bukankah kita ingin menciptakan suasana makan itu menyenangkan agar anak berselera makan, jangan sampai ketika tiba waktu makan anak malah horror alias takut makan yang bisa terbawa sampai dia besar nanti. 
3. NICE SERVING Ada juga yang menyarankan untuk membuat penyajian makanan secara menarik, baik dari tempatnya juga makanan itu sendiri, Dibentuk senyum, gambar hewan kesukaan, gelas dan pring/mangkoknya ceria dan berwarna. 
4. MAKE IT FUN Ciptakan suasana makan yang nyaman, asyik, dan berselera. Minimal dengan cara makan bersama keluarga. Sehingga anak dapat melihat secara langsung bagaimana anggota keluarga lain lahap makan. 

Ketika anak belum mau makan, berikan alternative makanan/camilan yang lain. Berikut resep makanan kesukaan anak saya ketika berumur 1 th : 
1. Kentang rebus siram opor ayam Kentang dikupas, cuci, kemudan dikukus. Hancurkan kentang di mangkok sampai lembut, siram dengan kuah opor ayam yang daging ayamnya telah disuwir-suwir dan telah ditambahkan sayur buncis dan wortel. 
2. Orak arik telur, kentang & wortel Potong kentang dan wortel bentuk dadu. Kukus sampai empuk. Sementara itu tumis bawang putih cincang dg mentega, tambahkan daun bawang masukkan telur diorak arik. Terakhir masukkan kentang&wortel yang telah dikukus. Tambahkan gula dan garam. 
3. Omelet nasi dan sayuran Kocok telur ayam, masukkan nasi dan sayuran yang telah dipotong kecil-kecil (wortel, daun bawang, brokoli, buncis) tambahkan daging cincang. Goreng kecil-kecil. 
4. Nasi goreng tahu telor Tumis bawang putih cincang, masukkan daun bawang iris kecil, tahu bejek, wortel potong kecil, masukkan telur yg telah dikocok. Aduk sampai ngaguruntul tambahkan nasi. Aduk sambil di tambah garam dan kecap. 

 FROM : http://3rlin.abatasa.com/post/detail/939/tips-mengatasi-anak-susah-makan

MENGEMBANGKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK TUNARUNGU SEJAK DINI


Oleh : Dwi (ibu Didan) 
Ada hubungan yang kuat antara bagaimana perasaan seseorang terutama bagi anak dengan tunarungu terhadap dirinya sendiri dan bagaimana cara ia berperilaku. Oleh karena itu, anak tunarungu perlu dibantu untuk menumbuhkan rasa percaya diri agar eksistensi mereka bisa disejajarkan dengan anak normal. Beberapa cara untuk membantu anak tunarungu meningkatkan percaya diri: 
1. Lakukan attachment parenting : Sikap orang tua yang responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan anak, sehingga anak mengetahui apa yang diharapkan dari diri mereka dan merasa memiliki kontrol terhadap lingkungan. Jika tidak, mereka merasa tidak berharga sehingga membuat mereka berpikir tidak berharga,butuh dikasihani dan putus asa. 
2. Tindakan / perbaiki kepercayaan diri anda sendiri sebagai orang tua : Mengasuh anak adalah kegiatan terapeutik. Jika ada problem masa lalu yang mempengaruhi pola asuh yang sedang dilakukan orangtua, sebaiknya ia mencari pertolongan psikologis dan mengkonfirmasikannya. Jika orang tua memiliki selfimage yang buruk, khususnya jika ia merasa bahwa itu disebabkan karena pola asuh orang tuanya dahulu, maka cobalah untuk menghentikan pola asuh keluarga yang buruk itu. 
3. Jadilah cermin yang positif : Khususnya pada anak-anak prasekolah yang sedang belajar tentang dirinya sendiri,akan tergantung dari reaksi-reaksi orang tua mereka. Apakah orang tua merefleksikan gambaran yang positif / negative pada anak-anak mereka ?? Apakah orang tua memberikan pandangan pada anak bahwa ia menyenangkan ?? Pendapat dan keinginannya berharga untuk orang tuanya ? Pada saat orangtua memberikan refleksi positif terhadap anaknya, maka anak tersebut akan berpikir positif tentang dirinya. 
4. Beramainlah dengan anak : Ada saat anak bermain anak akan menerima pesan bahwa ia berharga. Pandanglah bermain sebagai investasi dalam perilaku anak, kesempatan kepada anak unuk merasa spesial, bisa mengungkapkan inisiatif tentang permainan yang akan dilakukan. 
5. Panggilah anak dengan namanya : Memanggil anak dengan namanya dan disertai dengan kontak mata akan memberikan pesan kepada anak tersebut bahwa ia special. Anak belajar mengasosiasikan bagaimana cara orang tua menggunakan namanya dengan perilaku yang diharapkan darinya. 
6. Lakukan prinsip berkelanjutan Pada saat anak bertambah besar, kembangkanlah potensi / talenta (bakat) yang ia miliki. Bila anak menikmati suatu aktifitas, ia akan memiliki citra diri(sel-image) yang lebih positif dan dapat berlanjut pada aktifitas-aktifitas lain. Contohnya : meningkatkan kesenangannya & kenikmatan yang diperoleh anak dari kegiatan renang-nya sekaligus dengan mendukungnya pada bidang akademis. 
7. Bantu anak untuk mencapai kesuksesannya : Mengenali kemampuan anak, memberi s e m a n g a t untuk mencoba mengembangkan kemampuan tersebut. Jika orangtua tidak melindungi anaknya dari harapan-harapan yang tidak realistis , maka rasa bersaingnya (kompetisi-nya) akan terancam. Pastikan bahwa anak percaya b a h w a orangtuanya menghargai-nya karena siapa diri-nya, bukan karena penampilanya. 
8. Lindungi anak dari orang-orang yang dapat merusak self-esteemnya Dengan pola asuh ini selama 3 tahun pertama kehidupan anak telah dapat dipertahankan hubungan yang erat dengan anak , maka orangtua telah memberikan dasar yang kuat mengenai nilai-nilai tentang rumah, k e l u a r g a dan h u b u n g a n interpersonal-nya. Sebagai hasilnya, anak dapat mengembangkan hati nurani dan rasa hormat terhadap kebijaksanan pengasuhan sehingga dimasa yang akan datang anak dapat memasuki kehidupan nyata dengan aman tanpa harus terhanyut dengan pergaulan yang negative.Hati-hati dengan pemilihan teman-teman baik disekolah ataupun diluar sekolah, karena nilai-nilai (values) & konsep diri anak dipengaruhi oleh orang-orang yang memiliki peran penting dalm hidupnya seperti saudara, guru, teman-teman dll. 
9. Berikan tanggung jawab pada anak : Dengan melibatkan anak pada aktifitas dirumah maupun diluar rumah, memberikan tugas-tugas rumah tangga, dapat membantu mereka merasa berharga,menyalurkan tenaga mereka ke perilaku yang bermanfaat dan mengajarkan ketrampilan-ketrampilan. 

Sumber : http://daneshvara.multiply.com/journal/item/8

Terapi Musik Bagi Anak Tuna Rungu


Oleh : CAMT, Wilfrid Laurier University (terjemahan bebas oleh: Nora. A. Rizal) 
Kerusakan pendengaran ditengarai merupakan salah satu kecacatan syaraf yang paling merusakkan. Dimana kecacatan penglihatan merupakan handicap kita dengan sekeliling kita, sedangkan kecacatan pendengaran merupakan handicap komunikasi dengan masarakat (Darrow, 1989). Komunikasi merupakan dasar dari kehidupan social kita dan aktivitas intelektual, dan tanpa itu kita terputus dari dunia. 
Untuk alasan inilah, praktek klinik dalam terapi musik untuk tuna rungu di fokuskan pada area yang berhubungan dengan komunikasi seperti : pelatihan auditory, produksi suara (berbicara) dan perkembangan bahasa. Melalui penelitian dalam kekurangan pada komunikasi ini, terapi musik menjadi suatu efek kedua untuk memperbaiki rasa sosial dan kepercayaan diri. Terapi musik masih dianggap tidak praktis. Dikarenakan sebagian besar orang masih mempunyai konsep yang salah terhadap ketuna runguan dalam kapasitasnya untuk mendengar dan mengapresiasi stimulus musik. 
Seperti yang telah Darrow (1989) katakan, hanya sebagian kecil persentasi dari ketunarunguan yang tidak bisa mendengar sama sekali. Selanjutnya ia mengatakan bahwa, dikarenakan variasi dari frekuensi dan intensitas pada musik, persepsi musik malah lebih bisa ter-akses, dibandingkan dengan sinyal percakapan yang lebih kompleks. Musik juga sangat fleksible dan dapat dimodifikasikan pada level pendengaran pada setiap orang, level bahasa, kematangan dan preferensi musik. Robbins & Robbins (1980), yang membuat manual resource yang komprehensif dan kurikulum bagi terapi musik untuk tuna runggu melakukan pendekatan terhadap subyek bersangkutan dengan mempunyai sikap yang mempercayai bahwa sense terhadap musik ada pada setiap orang. Melalui musik, mereka mengarah pada sensitivitas yang inherent dan kapasitas merespon langsung kepada ekspresi dari ritme dan variasi nada, yang dideskripsikan sebagai musik. Mereka juga menekankan, bahwa musik dari berbagai sisi mempunyai efek pada manusia. 
Musik merupakan media untuk aktivitas dalam bereksplorasi dan pengalaman diri, sehingga berhubungan langsung pada bicara dan bahasa, komunikasi dan pikiran, juga pada ekspresi tubuh dan emosi dalam skala besar. Sehingga terapi musik dapat masuk dan meningkatkan habilitas dan perkembangan secara luas bagi ketuna runguan. Bagi penderita tuna rungu, terapi musik dapat: Meningkatkan auditory, pelatihan dan perluasan penggunaan dari sisa pendengaran Auditory training, merupakan bagian yang terintegrasi denga proses habilitasi pada penderita tunarungu. Tiap individu harus belajar untuk menginterpretasikan dan mengikuti suara, terutama percakapan dalam lingkungannya, dengan maksud untuk meningkatkan rate dan kulitas perkembangan sosial dan komunikasi. 
Tujuan utama dari auditory training ini adalah untuk mengembakan sisa pendengaran menjadi maksimal. Mereka harus belajar untuk mendengarkan mental yang kompleks dan proses aural. Pelatihan auditori cenderung fokus pada developmment dan fokus untuk analisis suara untuk pasien tuna rungu, dan ini akan menjadikan suatu proses yang membosankan dan tidak menarik. Maka dari itu musik menjadi suatu alat yang memotivasi dan menghidupkan sesi-sesi ini. Percakapan dan musik mengandung banyak persamaan. Persepsi auditori pada percakapan dan musik melibatkan kemampuan untuk membedakan antara perbedaan suara, pitch, durasi, intensitas dan warna nada dan bagaimana suara bisa berubah-ubah sepanjang waktu. Properti-properti ini terdapat pada kemampuan pendengaran untuk menginterpretasi suara dan mengartikannya. 
Persamaan yang ada antara musik dan percakapan menyebabkan musik dan terapi musik membuat suatu alternatif dan alat yang menyenangkan untuk melengkapi tehnik pelatihan auditory sebelumnya (Darrow, 1989). Prosedur terapi musik dapat dapat memberikan beberapa obyek pada pelatihan auditory. Perhatian terhadap suara, perhatian terhadap perbedaan dalam suara, mengenali obyek dan juga suara obyek tersebut, dan penggunaan pendengaran untuk menentukan jarak dan lokasi dari suara dapat dilatih melalui pengalaman pada musik (Darrow 1989). Selain itu, Robbins & Robbins (1980) menemukan bahwa dengan musik yang cocok lebih gampang untuk di dengar dan diasimilasikan dibandingkan dengan percakapan, sehingga lebih cocok untuk dapat menstimulasi motivasi alami pada sisa pendengaran. Amir & Schuchman (1985) membuat suatu program terapi musik untuk mengembangkan dan meningkatkan kecakapan dalam kesadaran akan suara musik, kesadaran akan kontras intensitas, menyadari adanya suara musik dan juga patron dari musik tersebut. Suatu investigasi untuk melihat keefektifan dari program tersebut memberikan suatu hasil bahwa ada aspek-aspek tertentu untuk seseorang yang profoundly deaf dapat diukur peningkatannya melalui suatu program sistimatik pada pelatihan pendengarannya dalam konteks musikal. Terutama level pendiskriminasian subyek secara signifikan meningkat dan pelatihan dari subyek dalam menerima musik dan juga lingkungan musik tersebut. Amir & Schuchman selanjutnya menyuport penggunaan terapi musik ini dikarenakan hal ini memberikan suatu diversifikasi yang menarik dan pengalam pengajaran yang positif, dengan memperkuat penggunaan sisa pendengaran. Meningkatkan perkembangan percakapan dan meningkatkan intonasi/ritme suara dalam percakapan. Suara dari seseorang yang mempunyai kekurangan pendengaran sering terdengar aneh dan tidak natural. Pada individu ini sering terjadi kurangnya feedback mekanisme internal yang diperlukan untuk memonitor dan menyesuaikan, sebagai contoh, pelafalan kata-kata, perubahan tinggi rendah (pitch) suara ataupun ritme suara. 
Sebagai konsekuensi produksi dari suara percakapan mereka sering tidak jelas dan terdistorsi. Penderita tuna rungu ini juga cenderung menunjukkan sedikit variasi pitch dan intonasi dibandingkan orang dengan pendengaran normal, sehingga menghasilkan suara yang monoton. Mereka sering memanjangkan suku kata dan atau kalimat dan juga sering mengambil jeda pada posisi yang tidak tepat. Problem-problem dari ritme dan intonasi ini berpengaruhi pada ketidak jelasan dalam bercakap. Tehnik dari terapi dan aktivitas musik dapat membantu secara efektif pada perkembangan percakapan dari segi ritme, intonasi, rate dan tekanan suara. Darrow (1989) mendisikusikan penggunaan terapi musik dalam pengertian berbahasa, intonasi vokal, kualitas vokal dan berbicara lancar. 
Proses bernafas, ritme dan pengambilan waktu yang tepat, pitch dan artikulasi yang diperlukan untuk bernyanyi, memberikan struktur dan motivasi yang penting pagi pasien. Darrow juga menekankan pada pentingnya feedback yang konstan untuk si terapis. Darrow & Starmer (1986) mempelajari efek dari pelatihan vokal pada frekuensi dasar, range frekuensi dan kecepatan percakapan pada suara anak-anak tuna rungu. Anak-anak ini cenderung mempunyai frekuensi dasar yang tinggi dan sedikit variasi pitch, memproduksi suatu permasalahan dalam kecakapan berbicara. Hasil dari studi ini menyarankan bahwa dengan latihan pada vokal tertentu dan menyanyikan lagu-lagu pada kunci nada rendah yang tepat dapat membantu memodifikasian frekuensi dasar dan range frekuensi pada pasien. Studi lain dari Darrow (1984) juga menunjukkan peran dari terapi musik adalah melatih respons ritme, sehingga membuat respons pada ritme dari suara percakapan menjadi lebih baik. Staum (1987) telah sukses menggunakan notasi musik untuk mempengaruhi dalam memperbaiki pengucapan bahasa pasien. Ia menggunakan sistem notasi visual sebagai alat untuk membantu pasien dalam mencocokkan kata-kata atau suara dari kata-kata baik yang lazim maupun tidak lazim, dengan ritme yang tepat dan struktur yang dari pitch yang mudah. 
Hasil positif yang didapat adalah nada pelafalan pengucapan lebih berkembang, juga penyamarataan dan transfer ilmu berkembang secara signifikan Robbins & Robbins (1980), setelah pelatihan pada pasien tunarungu, mengatakan bahwa kontribusi dari terapi musik untuk memperkuat dan/atau mempercepat pembelajaran dan penggunaan percakapan, vokal yg lebih luas/spontan dan mantap, memperbaiki kualitas suara dan lebih leluasa dalam menggunakan intonasi dan ritme. Meningkatkan perkembangan dan pendidikan bahasa, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara umum Bagi anak-anak tuna rungu, keterbatasan input pendengaran tidak hanya mempengaruhi kemampuan untuk mendengar suara percakapan dari orang lain, namun juga mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan bahasa mereka sendiri. Keteraturan memperdengarkan bahasa melalui pendengaran, memberikan informasi penting mengenai vocabulary, syntax (kalimat), semantics (arti kata) dan pragmatics, yang mana hal ini secara langsung diterima oleh anak dengan pendengaran normal. Tanpa keteraturan mendengarkan ini, bagi anak dengan pendengaran terbatas biasanya akan mempunyak banyak problem pada bahasa mereka. 
Kesulitan itu biasanya terdapat pada kurangnya vocabulary, kesulitan dalam mengartikan kata, menggunakan kata yang salah, struktur dan isi bahasa yang salah, dan lainnya. Kesulitan-kesulitan dalam menggunakan bahsa ini selanjutnya akan menghalangi individu tersebut dari komunikasi yang mempunyai arti dan juga berinteraksi. Problem berbahasa dapat menimbulkan efek negatif pada pendidikan seperti membaca, menulis dan pemahaman (Gfeller, & Baumann, 1988). Secara signifikan terapi musik memberikan konstribusi pada kemampuan untuk berkomunikasi dan berbahasa pada pasien tuna rungu. Sebagai contoh Gfeller (1990), mendiskusikan tentang pengayaan repertoire musik dan pengalaman bergerak dalam terapi musik, yang dapat di gabungkan dengan percakapan dan, setelahnya penulisan kata. 
Anak-anak kecil terutama menggunakan setiap saat pergerakan motorik dan belajar sesuatu melalui manipulasi dari lingkungannya. Instrument musik dan materialnya kaya akan sumber-sumber keterlibatan pada sensorik dan motorik. Pengalaman pada Multi sensory bahwa musik merupakan alat pembelajaran yang bernilai, yang pada akhirnya juga terkait pada representasi mental atau simbol, Gfeller (1990). Event musik dan sekuensialnya dapat dibuat oleh para terapis sebagai model penggunaan bahasa untuk anak. Semenjak rehabilitasi bahasa merupakan suatu proses yang panjang dan lama, terapis musik dapat memberikan motivasi penting untuk membuat aktifitas menjadi bermain dan menyenangkan. Aktivitas dalam terapi musik dapat juga membuat suatu oportuniti untuk menggunakan konsep bahasa dalam konteks yang berbeda Penelitian lain juga menemukan bahwa integrasi musik dalam pendidikan sebagai bahasa seni sangat menguntungkan (Darrow, 1989; Gfeller, & Darrow, 1987). Tidak hanya meningkatkan motivasi tapi juga memberikan sebuah pendekatan multi sensori untuk belajar, yang dapat membantu pasien untuk mendalami arti dari kata-kata baru. Bernyanyi contohnya, memberikan suatu kesempatan untuk secara intensif menggunakan pendengaran dan beraktifitas vokal. 
Mempelajari lagu dapat menstimulasi latihan dalam pembedaan auditori, membedakan dan meleburkan bunyi huruf, pengucapan suku-suku kata dan pelafalan kata (Gfeller, & Darrow, 1987). Hal ini dapat juga membantu mengembangkan penguasaan kata-kata dan memberikan suatu pengalaman dalam belajar membuat struktur kalimat dan semantiknya. Membuat lagu dapat juga bertujuan sama. Lagu juga mempunyai kelebihan dalam melafalkan suatu patron nada, menjadi tidak monoton. Disamping meningkatkan perkembangan bahasa dan mendidik bahasa pada pasien tuna rungu, terapi musik juga meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan memberikan semacam kesadaran dan kemampuan melihat suatu arti yang diselaraskan/disampaikan melalui “nada pada suara”. Hal-hal penting didalam berkomunikasi dengan orang lain adalah espresi wajah, body language, dan pitch serta intensitas dinamik. Kesadaran dan kepekaan terhadap style dari bahasa yang diucapkan oleh diri sendiri dan orang lain, dapat diberikan dengan berhasil melalui penerapan terapi musik. Dengan menggayakan suatu lagu dan memberi isyarat pada lagu dengan cara yang “gaya baik/indah”, seseorang dapat mempelajari untuk menggunakan dan menyadari nuansa dalam berkomunikasi dengan yang lain (Gfeller, & Darrow, 1987). 
Berisyarat dalam bernyanyi juga memberikan suatu kesempatan untuk mengeksplorasikan ekspresi dari emosi sendiri, karena lirik dan melodi secara persamaan dapat mengungkapakan suatu ekspresi jiwa dibandingkan dengan hanya berbicara. Mengembangkan jiwa sosialisasi, kesadaran diri, kepuasan emosinal dan meningkatkan kepercayaan diri Didalam beberapa literatur mengkarakterkan bahwa seseorang tuna rungu mempunya perasaan kuat akan rendah diri dan depresi, juga mempunyai sikap tidak bisa dipengaruhi dan tertutup (lihat ulasan ulang dari Galloway, & Bean, 1974). Body-image dan kesadaran yang tidak terlalu baik, kurangnya berbahasa dan berkomunikasi, dan tertutupnya rasa sosialisasi, memberikan kontribusi secara signifikan pada perasaan-perasaan ini. Terapi musik dapat memberikan kesempatan yang penting untuk memperbaiki masalah ini dan meningkatkan rasa percaya diri seseorang yang tuna rungu. Brick (1973) menemukan eurhythmics—Seni dari keharmonisan dan gerak tubuh yang ekspresif—dan aktifitas musik yang memberikan pasien suatu pengalaman yang menyenangkan, dimana hal tersebut memberikan energi kreatif untuk pasien. 
Hal ini sebaliknya membantu mengembangkan kepercayaan diri, memberi rasa bangga dalam menyelesaikan sesuatu dan bekerja sama dalam satu grup. Robbins & Robbins (1980) juga menemukan bahwa aktifitas kelompok musik dapat memberikan contoh untuk menyesuaikan didalam bersosialisasi. Hasil hakiki yang didapat dalam pengalaman bermusik sepertinya dapat memotivasi pasien yang selalu melawan untuk dapat bekerja sama (co-operative), yang selalu tidak fokus menjadi fokus dan yang selalu gagal menjadi berusaha untuk selalu menyelesaikan pekerjaannya. Pasien yang juga selalu jelek/gagal dalam hal lain, dapat menerima bantuan spesial dan kompensasi yang baik melalui terapi musik ini. Body-image dan kesadaran juga dapat meningkat melalui terapi musik ini. Galloway & Bean (1974) menemukan bahwa aktivitas bernyanyi dan melakukan gerakan pada musik juga efektif. Robbins & Robbins (1980) juga menekankan pentingnya realistis dan positif pada diri sendiri. Mereka menemukan juga bahwa kecakapan dalam bergerak yang dipelajari melalui musik dapat meningkatkan rasa percaya diri, koordinasi, sikap tenang yang alami dan kesadaran akan jati diri. Bernyanyi, bermain atau bergaya pada suatu lagu dapat menghasilkan seseorang untuk dapat berekspresi dan puas terhadap diri secara emosional. 
Gfeller & Darrow (1987) menyarankan bahwa bergaya atau bernyanyi pada lagu yang dibuat sendiri, juga dapat membuat seseorang tuna rungu untuk mengekspresikan atau mengilustrasikan pikirannya, perasaannya dan idenya bila hal itu terlalu sulit untuk dituliskan. Staum (1987) juga menemukan bahwa tehnik dan prosedur terapi musik dapat memberikan suatu skill yang fungsional yang dapat terintegrasi langsung di dalam pelajaran musik secara private maupun secara klasikal. Melalui suatu cara yang dapat di transfer diluar sesi terapi, seseorang lebih bisa dan senang untuk berekspresi pada situasi baru , bertemu orang baru, dan dapat bekerja dalam suatu grup-grup. Hal ini sebaliknya pula memberikan suatu rasa tanggung jawab sosial juga kesadaran, kebanggan dan kepercayaan diri dan sosial. 

Sumber : http://davinbintang.wordpress.com/2008/06/04/terapi-musik-bagi-untuk-tuna-rungu/