Saturday, October 6, 2012

Apa Bedanya Guru Dulu dengan Guru Sekarang?


Masih teringat dan belum selesai kasus tawuran antar pelajar dan Miyabi di LKS, yang menjadi sorotan media beberapa minggu terakhir. Tentu saja ini sedikit banyak mencoreng dunia pendidikan di negeri ini. Dan mau tidak mau, sekolah dan guru juga menjadi lembaga dan orang yang juga menjadi perhatian. Penilaian masyarakat luas sangat beragam terhadap kasus ini yang secara tidak langsung akan mengurai permasalahan-permasalahan yang dihadapi di dunia pendidikan.

Di tulisan ini akan membahas faktor interen pendidikan, khususnya sekolah atau guru. Sekolah dianggap membiarkan saja bentuk kekerasan, walau sebenarnya tidak ada lembaga pendidikan atau tenaga pendidikan yang menghendaki sebuah kekerasan. Ada juga yang berkomentar, guru sekarang berbeda dengan guru yang dulu. Katanya guru sekarang mendidik tidak dengan hati, mereka mengajar untuk pekerjaan.

Kalau dilihat dari sejarahnya, memang guru sekarang lebih enak dibanding dengan guru zaman dulu jika dilihat dari segi kesejahteraan. Walau hal ini juga bisa dibantah, karena masih banyak guru yang berstatus guru honorer atau guru tidak tetap yang jauh mendapat perhatian. Secara umum, keterbatasan sarana dan prasarana mulai berkurang, seharusnya pendidikan kita tidak hanya jalan di tempat.

Guru zaman dalam melaksanakan tugasnya cenderung dalam keterbatasan, bangunan yang rusak, buku yang tidak lengkap, gaji yang sedikit. Tetapi dengan keterbatasan itu guru mampu mengatasinya dengan terus mendidik anak-anak yang mampu menjadi penerus bangsa. Masyarakat sebenarnya sederhana dalam memaknai keberhasilan pendidikan, bukan dengan angka misalnya mendapat selalu mendapat juara atau mendapatkan nilai tertinggi. Masyarakat menilai keberhasilan anak didiknya tidak hanya keberhasilan akademis, tetapi anaknya bisa dewasa secara emosional, memiliki karakter yang baik dan bisa bersikap terpuji.

Guru zaman dahulu memiliki kewenangan yang luas untuk mendidik anak di sekolah, sebagai orang tua di sekolah. Tidak ada yang namanya orang tua melaporkan guru anaknya. Orang tua dan guru bisa berhubungan dengan harmonis dengan orang tua anak didik. Ketika pulang ke rumah, orang tua bisa menjadi guru yang baik bagi anaknya, masyarakat mampu mengajarkan nilai kehidupan.

Berbeda zaman tentu juga berbeda tantangan yang dihadapai, guru zaman sekarang tidak lagi terlalu dipusingkan dengan keterbatasan. Guru zaman sekarang lebih banyak tuntutan dan aturan yang harus dipatuhi. Sistem dan aturan memaksa guru terseret untuk melakukan yang menyalahi makna dari profesinya. Mulai dari diombang-ambingkan dengan kepentingan penguasa daerah, aturan yang membuat ruang gerak terbatas. Sibuk dengan tugas administrasinya. Semua menjadi terasa harus seperti yang ada di dalam buku.

Satu lagi yang membedakan guru sekarang dengan guru dulu adalah, guru sekarang kurang lagi dihormati oleh anak didiknya. Pertanyaan besarnya, mengapa guru tidak lagi dihormati anak didiknya? Jika dulu, anak didik selalu menghormati anak didiknya bahkan sering didengar cerita anak didik yang rela menunggu di depan pintu gerbang untuk menunggu gurunya datang dan membawakan tas dan sepedanya. Walau kadang guru memberikan hukuman pada anak didik, tetapi anak tetap menghoramati gurunya.

Sekarang banyak guru profesional, tetapi tidak tahu profesional itu yang seperti apa. Gaji cukup bahkan lebih tetapi masih saja merasa kurang, sampai-sampai SK-nya disekolahkan di bank. Biarlah, dulu ya dulu, sekarang ya sekarang. Mau berubah atau tidak tergantung orang dan sistem pendidikannya bisa merubah atau tidak. Pasti masih ada guru yang mendidik dengan hati. Tiap masa berbeda itu wajar, karena yang tantangan yang dihadapi juga berbeda, tentu harapannya bisa lebih baik. Sudahlah, tidak baik membicarakan orang apalagi membanding-bandingkan, tapi kalau komentar silahkan saja!

Ditulis oleh Kurnia Septa
Anda juga bisa menulis dan mengirimkan artikel reportase atau opini di sini.

Tuesday, October 2, 2012

Bahan Ajar Animasi Tidak Hanya Pecahkan Rekor Indonesia, Tapi Rekor Dunia


Jakarta --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mendapat penghargaan dari Museum Rekor Muri Indonesia (MURI) untuk Kategori Bahan Ajar Berbasis Film Animasi Pertama di Indonesia yang Disusun Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penghargaan ini diberikan langsung oleh Ketua MURI, Jaya Suprana, kepada Mendikbud Mohammad Nuh, pada Senin (1/10) siang di Graha Utama Kemdikbud, Jakarta.
Dalam laporannya, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Suyanto, mengatakan film animasi untuk bahan ajar tersebut dikemas secara menghibur sekaligus menanamkan nilai-nilai karakter dan nilai-nilai bangsa Indonesia. “Tujuannya adalah mempermudah siswa dalam memahami pelajaran, dan meningkatkan kreativitas guru dalam menambah jenis bahan ajar,” katanya.
Suyanto juga mengatakan, banyak siswa SMP yang sangat menyukai film animasi. Film-film animasi tersebut biasanya merupakan produksi luar negeri, yang isinya kadang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa. Karena itu dibuatlah bahan ajar berbasis film animasi untuk memenuhi kebutuhan siswa menonton film animasi dan mengurangi nilai-nilai asing yang negatif dan bertentangan dengan pendidikan karakter.
Ketua MURI, Jaya Suprana, menyatakan kebanggaannya kepada Kemdikbud atas prestasi pembuatan bahan ajar berbasis film animasi ini. Bahkan ia menilai, film animasi yang disusun berdasarkan KTSP ini tidak hanya memecahkan rekor Indonesia, tetapi juga rekor dunia. “Kemdikbud lah yang pertama meletakkan film animasi sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional,” kata pria berkacamata ini. Ia menjelaskan, negara lain juga memiliki banyak film animasi yang mengandung nilai-nilai positif, namun baru Indonesia yang membuat film animasi dengan mengintegrasikannya dengan kurikulum.
Sementara Mendikbud M. Nuh mengatakan, pemberian penghargaan dari MURI ini merupakan salah satu tradisi siklus positif, yang bisa bertahan dengan adanya budaya apresiatif konstruktif. Setiap capaian atau prestasi selayaknya mendapatkan apresiasi, sehingga akan menjadi motivasi untuk terus berkarya dan berprestasi. Mendikbud juga menucapkan terima kasih atas apresiasi yang telah diberikan MURI kepada Kemdikbud. “Bahan ajar ini nanti akan kita bagikan kepada siapapun yang mau memanfaatkannya. Harapannya agar adik-adik kita belajar lebih mudah dan lebih tertarik,” katanya. (DM/EH)

sumber : http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/710

Guru Berani Mengajar, Harus juga Berani Belajar

Itulah sentilan yang saya baca di kanal pendidikan portal kompas.com. Sudah banyak yang tahu akan tugas guru? Iya, tugas utamanya adalah mengajar. Sering guru menganggap tugasnya hanyalah mengajar, dan melupakan belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Seolah-olah sudah berakhirlah tugasnya ketika sudah mengajar dan itu dilukukannya sebagai rutinitas yang berulang-ulang.

Bukan rahasia lagi kalau mutu dan profesionalitas guru masih menjadi tantangan utama pendidikan nasional. Sertifikasi dan peningkatan kesejahteraan guru belum meningkatkan mutu dan profesionalitas mereka. Ada banyak kendala menyebabkan peningkatan mutu dan profesionalitas ini tidak juga berhasil dicapai. Salah satunya adalah rendahnya motivasi belajar para guru.


Sudah seharusnya jika guru berani mengajar juga harus berani belajar. Bukankah ilmu pengetahuan itu terus berkembang, mungkin yang dipelajari 5 tahun yang lalu sudah berbeda dengan sekarang. Apabila itu diajarkan tentunya sudah tidak relevan lagi. Selain mengajar, guru juga harus senantiasa belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Sehingga mutu dan profesionalitasnya terus meningkat.


Seperti juga di tulis di blog ini, Salah satu
peran guru adalah sebagai pelajar. Tidak hanya mengajar tetapi juga belajar. Cara belajar guru tentunya beragam, tapi secara umum sama dengan layak pelajar, yaitu dengan membaca. Kegiatan tersebut bisa dilakukan tidak hanya bersumber dari buku saja tetapi juga bisa dari internet yang sifatnya lebih dinamis.

Setelah membaca selanjutnya diharapkan untuk guru mampu juga menulis. Peradaban bangsa ditandai dengan banyaknya karya tulis.
Guru bisa membuat karya tulis dalam berbagai media. Menulis adalah salah satu kegiatan untuk mengasah kemampuan bernalar. Sehingga dalam mengajar guru menjadi bisa untuk menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang tak hanya menitikberatkan pada hafalan saja, tetapi juga guru bersama anak di kelas bisa menggunakan nalarnya untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif.

Kegiatan belajar guru bisa juga dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, dan sebagainya. Jika gurunya selalu lebih pintar tentunya anak didiknya juga akan mengikuti. Perlombaan atau persaingan tidak hanya antara anak saja tetapi juga antara anak dan guru. Oleh sebab itu, guru selain harus mengajar juga harus belajar.

7 Aspek Kompetensi Pedagogik Guru

Kata 'Pedagogik' tidak akan asing di telinga guru, tetapi apakah semua guru memahami apa yang dimaksud dengan Kompetensi Pedagogik walau sebenarnya sudah pernah di lakukannya. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik menjadi salah satu jenis kompetensi yang harus dikuasai guru.

Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya. Penguasaan Kompetensi Pedagogik disertai dengan profesional akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didik.


Kompetensi Pedagogik
diperoleh melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.

Kompetensi Pedagogik yang menjadi salah satu
materi yang diujikan dalam peniliaan kinerja guru, terdiri dari 7 aspek. Berikut adalah 7 aspek Kompetensi Pedagogik yang dikutip dari Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru):

1. Mengenal Karakteristik Peserta Didik

Dalam aspek ini guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik secara umum dan khusus untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya. Beberapa indikator yang muncul dari penguasaan karakter peserta didik diantaranya:

  • Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya,
  • Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
  • Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda,
  • Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,
  • Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik,
  • Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok‐olok, minder, dsb).

2. Menguasai Teori Belajar dan Prinsip‐prinsip Pembelajaran

Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dan efektif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mampu memotivasi mereka untuk belajar. Indikator yang harus tampak dari aspek ini adalah:
  • Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
  • Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
  • Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,
  • Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,
  • Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
  • Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

3. Mampu Mengembangkan Kurikulum

Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan membuat serta menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru akan nampak mampu mengembangkan kurikulum jika:
  • Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,
  • Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,
  • Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,
  • Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik.


4. Menciptakan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik

Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran. Indikator dari aspek ini adalah:
  • Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,
  • Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,
  • Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,
  • Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,
  • Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik,
  • Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,
  • Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif,
  • Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,
  • Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,
  • Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagaicontoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, dan
  • Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Mengembangkan Potensi Peserta Didik

Guru dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka. Kemampuan mengembangkan postensi peserta didik ini akan nampak jika:
  • Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing‐masing.
  • Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing‐masing.
  • Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik.
  • Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.
  • Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
  • Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing.
  • Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.


6. Melakukan Komunikasi dengan Peserta Didik

Yang dimaksud adalah guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik. Berikut indikator adalah indikatornya:
  • Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.
  • Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.
  • Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.
  • Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.
  • Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
  • Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.

7. Menilai dan Mengevaluasi Pembelajaran

Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya. Kemampuan dalam aspek ini akan terlihat ketika:
  • Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.
  • Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.
  • Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.
  • Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.
  • Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

Sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/01/29/kompetensi-pedagogilk-guru/