Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu
proses mempunyai beberapa ciri yaitu : (1) berpusat pada siswa (student
centered), (2) proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman
langsung, serta (3) pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
Dari beberapa ciri pembelajaran terpadu di atas, menunjukkan bahwa model
pembelajaran terpadu adalah sejalan dengan beberapa aliran pendidikan
modern yaitu termasuk dalam aliran pendidikan progresivisme. Aliran
pendidikan progresivisme memandang pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak
(child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang
masih berpusat pada guru dan pada bahan ajar. Tujuan utama sekolah
adalah untuk meningkatkan kecerdasan praktis, serta untuk membuat anak
lebih efektif dalam memecahkan berbagai problem yang disajikan dalam
konteks pengalaman (experience) pada umumnya (William F. O'neill, 1981).
Tujuan pendidikan aliran progresivisme adalah melatih anak agar kelak
dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
seharusnya dapat mengembangkan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
Kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang mengakomodasi
pengalaman-pengalaman (atau kegiatan) belajar yang diminati oleh setiap
siswa (experience curriculum). Sedangkan metode pendidikan progresif
lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk
mengembangkan bakat dan minatnya (Mudyaharjo, 2001).
Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan
oleh Fogarty, R (1991 : 61– 65) yaitu sebanyak sepuluh model
pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut
adalah :
1) the fragmented model ( Model Fragmen )
2) the connected model ( Model Terhubung )
3) the nested model ( Model Tersarang )
4) the sequenced model ( Model Terurut )
5) the shared model ( Model Terbagi )
6) the webbed model ( Model Jaring Laba-Laba )
7) the threaded model ( Model Pasang Benang )
8) the integrated model ( Model Integrasi )
9) the immersed model ( Model Terbenam ), dan
10) the networked model ( Model Jaringan )
Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas dipilih tiga model
pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan
dan mudah dilaksanakan di pendidikan dasar (Prabowo, 2000:7). Ketiga
model pembelajaran terpadu yang dimaksud adalah model terhubung
(connected), model jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan
(integrated ).
Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing model
pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah model terhubung (the connected model), karena
model terhubung ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi
inter bidang studi itu sendiri. Selain itu, Model terhubung ini juga
secara nyata menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik
dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas
yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari
berikutnya, serta ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan
semester berikutnya. Pemanfaatan penerapan model terhubung (connected)
ini sangat relevan dengan konsep Cahaya (dalam fisika) dan konsep Sistem
Indera pada manusia (dalam biologi), agar dapat terwujud pemampatan/
pengurangan waktu dalam pembelajaran pada konsep-konsep tersebut (Reduce
Instructional Time). Hal ini terkait dengan upaya menghindari
terjadinya penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran, sebagai
akibat dari mengejar target kurikulum.
Beberapa kelebihan dari model terhubung (connected) adalah sebagai
berikut : (1) dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang
studi adalah siswa memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu
bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu. (2) siswa dapat
mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga
terjadilah proses internalisasi. (3) menghubungkan ide-ide dalam suatu
bidang studi sangat memungkinkan bagi siswa untuk mengkaji,
mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara
terus menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses transfer
ide-ide dalam memecahkan masalah.
Di samping mempunyai kelebihan, model terhubung ini juga mempunyai
kekurangan sebagai berikut : (1) masih kelihatan terpisahnya antar
bidang studi, (2) tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim,
sehingga isi dari pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan
konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi, dan (3) dalam memadukan
ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan
keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.
Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected
(terhubung) menurut Prabowo (2000:11 – 14) sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan :
1.1. menentukan tujuan pembelajaran umum
1.2. menentukan tujuan pembelajaran khusus
2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru :
2.1. menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa.
(materi prasyarat)
2.2. menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa
2.3. menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan
2.4. menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan
2.5. menyampaikan pertanyaan kunci
3. Tahap Pelaksanaan, meliputi :
3.1. pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok
3.2. kegiatan proses
3.3. kegiatan pencatatan data
3.4. diskusi secara klasikal
4. Evaluasi, meliputi :
4.1. evaluasi proses , berupa :
- ketepatan hasil pengamatan
- ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan
- ketepatan siswa saat menganalisis data
4.2. evaluasi produk :
- penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
4.3. evaluasi psikomotor :
- kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.
Artikel ini ditulis oleh Asrul Supert Jumboo